Monday 6 July 2009

Apakah Kau Serakah

Merenung begitu banyak kejahatan yang dilakukan tersistematis yangdilakukan oleh orang-orang berdasi yang notabene adalah orang yangberpenghasilan luar biasa, tetapi kenapa seorang yang berpenghasilanbanyak selalu berfikir untuk menambah lagi dan lagi, walau banyakorang mengakui kebahagian tidak datang dari banyaknya harta yang dimiliki.
Kalau kita renungkan secara mendalam, semua kejahatan yang ada didunia ini berasal dari satu kata: keserakahan. Dan, akar keserakahanadalah pada cara kita memandang hidup ini. Selama kita melihat dirikita semata-mata makhluk fisik belaka, selama itu pula kita tak dapatmembendung keinginan kita untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya.
Betapa banyaknya dalam kehidupan sehari-hari kita melihat orang yangberpenghasilan biasa-biasa saja, tetapi memiliki harta yang luar biasabanyaknya.
Ada banyak alasan yang dapat dikemukakan untuk merasionalkan hal itu.
Pertama, semua orang yang mendapat kesempatan pasti akan melakukannya.
Kedua, penghasilan yang saya dapatkan terlalu kecil dan tidak seimbangdengan pengorbanan yang saya berikan.
Ketiga, toh kekayaan yang sayadapatkan tidak saya nikmati sendiri tetapi saya gunakan untuk membantuanak yatim, membiayai orang tua dan saudara yang sedang sakit,membangun sekolah, dan sebagainya. Dengan berbagai alasan tersebutkita mendapatkan ''ketenangan sementara'' karena seolah-olah perbuatanyang kita lakukan telah berubah menjadi legal, rasional atau palingtidak dapat dimaklumi.
Namun, ketenangan semacam ini tidaklah langgeng. Pasti ada sesuatudalam diri kita yang kembali mengusik kita, membuat kita resah dangelisah. Perhatikanlah orang-orang yang hidup dengan cara ini. Merekasangat rentan terhadap perubahan yang sekecil apapun. Mereka sangatjauh dari ketentraman yang sejati. Betapapun banyaknya harta yangmereka kumpulkan tak akan pernah melahirkan perasaan cukup dan puas.
Ada kisah menarik dari Willi Hoffsuemmer beliau pernah menulis kisahtentang Smith dan guru kepala yang sedang berdiri dekat gelangganganak-anak, tempat anak-anak bersukaria sepuasnya. Smith bertanyakepada guru kepala, “Mengapa terjadi bahwa setiap orang ingin bahagia,namun sangat sedikit yang mengalaminya?” Sang guru kepala memandang kearah gelanggang anak-anak, lantas menjawab, “Anak-anak itu tampaksungguh bahagia.”Dengan agak keheranan, Smith berkata, “Sudah tentu mereka bahagiakarena satu-satunya yang mereka lakukan adalah bermain.” “Kamu benar,”ucap sang guru, “tetapi apa yang sesungguhnya menghalangi kaum dewasaberbahagia seperti itu juga dapat menghalangi anak-anak berbahagia.”Sang guru merogoh saku celananya, mengambil segenggam kepingan uanglogam, lantas menghamburkannya di tengah-tengah anak-anak yang sedangbermain. Spontan saja semua sorak gembira terhenti. Anak-anak salingmenindih dan berkelahi untuk merebut kepingan uang tersebut.Kemudian, guru kepala berkata kepada Smith, “Menurut kamu, hal apayang menyebabkan mereka mengakhiri kebahagiaan mereka?” Smithmenjawab, “Perkelahian!” Lanjut si guru, “Ya, tapi apa yang memicu danmemacu perkelahian itu?” Agak tersipu-sipu dan ragu, Smith menjawab,“Keserakahan.” Guru itu menjawab, “Bagus, kamu telah menemukan jawabansendiri.” (Diadaptasi dari Simon Filantropha, “Monster yang MemangsaDiri Sendiri,” Jawa Pos, Rabu, 2 Januari 2008).
Kita hidup dalam lingkungan yang serakah. Keserakahan itu ada dimana-mana. Ia bagaikan wabah penyakit yang menyebar di mana-mana danke mana-mana. Mengapa orang menjarah kepunyaan orang yang lain? Salahsatunya pasti karena ada keserakahan dalam hati. Mengapa orang menipuuntuk mengambil uang orang lain? Salah satunya adalah karenakeserakahan. Mengapa hubungan persaudaraan bisa runtuh ketikamenyentuh soal warisan? Salah satunya pasti karena keserakahan. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa keserakahan itu tidak adahabisnya. Kelaparan dan kemiskinan terjadi karena adanya orang-orangyang serakah menumpuk harta dan tidak mau membagi hartanya kepadaorang yang miskin.Tak pantas kita hidup mewah dan mempromosikan kemewahan sementarabanyak orang miskin di sekeliling kita. Banyak anak-anak danbalita-balita miskin yang berkeliaran di jalan untuk mencari makan.Mereka bukan hanya menghadapi kemiskinan, tapi juga mendapat resikodiperkosa oleh orang-orang dewasa. Harusnya dengan uang yang ada kitamembantu mereka ke luar dari kemiskinan sehingga tidak berkeliaran dijalan mencari uang, tapi saat ini seperti semua orang berlomba mencariharta yang banyak untuk di pamerkan ke lingkungan sekitar, sadarilahkeserakahan tidak akan membawa manfaat selain kehancuran danpenderitaan.
Meski kita tetap harus berusaha dalam hidup ini, namun biasakan hidupmerasa cukup dan selalu bersyukur niscaya anda akan bahagia. Orangyang serakah dan tidak pernah merasa puas, selalu merasa ada yangkurang dan tidak bahagia, keserakahan adalah awal dari sebuahkejahatan yang lebih besar. Jadi hentikan keserakahan dan gaya hidupmewah mulailah hidup sederhana dan rajin berbagi, untuk kehidupan kitayang lebih baik, sekarang dan yang akan datang.
"Kebahagian bukan dari harta, melainkan dari hati yang menerima dan bersyukur"

No comments: